Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Bakteri tuberkulosis yang terdapat pada parenkim paru dapat menyebakan TB paru, namun bakteri ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi organ tubuh yang lain (TB Ekstra Paru), seperti tulang. Infeksi TBC yang menyerang tulang belakang disebut dengan Spondilitis Tuberculosis atau Pott’s disease.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Cina. Penyakit ini sulit didiagnosis secara dini, sehingga pasien sering mendapat pengobatan pada kondisi lanjut, dimana kelainan bentuk kifosis dan cedera neurologis sudah terjadi. Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut saat terdapat kelainan bentuk tulang belakang yang parah dan defisit neurologis yang signifikan seperti paraplegia atau kelumpuhan kedua kaki.

Apa saja gejala Spondilitis TB ?

Seperti gejala klinis pasien TB pada umumnya, pasien mengalami berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar getah bening, batuk lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari, terjadi diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, disertai benjolan di daerah perut dan tanda-tanda cairan di perut. Gejala paling awal dan sering ditemukan pada Spondilitis TB adalah nyeri punggung. Nyeri punggung berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Nyeri pada area tertentu ataupun menjalar, yang berasal dari saraf yang tertekan atau mengalami peradangan. Pada tahap lanjut, gejala klinis lain yang muncul pada Spondilitis TB, yaitu :

–       Kekakuan tulang belakang

–       Rasa nyeri pada tulang atau jaringan sendi

–       Bengkak pada bagian tulang/sendi, abses

–       Tulang belakang bungkuk/ gibbus

–       Gejala neurologis seperti kesemutan, kelemahan, dan kelumpuhan anggota gerak

Siapa yang beresiko terkena Spondilitis TB ?

Siapapun dapat beresiko terkena Spondilitis TB, terutama orang-orang dengan faktor resiko sebagai berikut :

–       Memiliki riwayat penyakit TB

–       Terpapar orang yang terinfeksi Tuberkulosis dalam waktu yang lama

–       Tinggal dalam lingkungan padat penduduk

–       Menggunakan obat-obatan imunosupresan, kortikosteroid

–       Memiliki salah satu atau lebih dari riwayat penyalahgunaan obat, diabetes melitus (DM), penyalahgunaan alkohol, malnutrisi, HIV (Human Immunodeficiency Virus), defisiensi vitamin D, dan atau gangguan ginjal kronis.

Bagaimana Cara Penularan Spondilitis TB ?

Spondilitis TB dapat terjadi pada penderita TB paru, namun dapat juga menyerang orang yang tidak pernah mengalami TB paru sebelumnya. Mycobacterium tuberculosis keluar ke udara pada saat penderita TB batuk, bersin, atau berbicara, melalui percikan air liur (droplet). Kuman TB terhirup oleh orang lain melalui saluran pernafasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (TB Ekstra Paru). Di dalam tubuh, kuman TB dilawan oleh daya tahan tubuh, apabila daya tahan tubuh kuat, maka orang tersebut tetap sehat, namun apabila daya tahan tubuh lemah, maka orang tersebut menjadi sakit TB. Pada Spondilitis TB, kuman TB akan menyebar ke tulang belakang dan menyebabkan peradangan.

Apa komplikasi dari Spondilitis TB ?

Komplikasi yang dapat terjadi dari Spondilitis TB, yaitu kifosis berat, yang diakibatkan oleh kerusakan tulang yang terjadi sangat hebat, sehingga tulang mengalami destruksi yang sangat besar, yang mengakibatkan terjadinya paraplegia pada ekstremitas yang dikenal dengan Pott’s paraplegia.

Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Spondilitis TB ?

–       Uji tuberkulin (Mantoux tes) untuk mendeteksi adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis

–       Pemeriksaan Mikrobiologi, yaitu dengan kultur bakteri yaitu pemeriksaan sampel dahak atau darah dan pewarnaan bahan tahan asam (BTA)

–       Pemeriksaan laboratorium yang meliputi CRP, CBC, TST, dan LED

–       Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang, yaitu dengan X-ray, CT Scan (Computed Tomography Scan), MRI (Magnetic Resonance Imaging), USG, pemeriksaan PET, dan Bone Scan

–       Biopsi tulang, yaitu pengambilan jaringan yang mengalami infeksi

–       Tes PCR untuk mendeteksi materi genetik dan bakteri penyebab TB

Bagaimana cara mencegah Spondilitis TB ?

Mengendalikan penyebaran TB merupakan satu-satunya cara untuk mencegah Spondilitis TB. Pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) pada bayi, dapat mengurangi resiko infeksi tuberculosis. Cara lain dalam mencegah penularan TB, yaitu :

–       Menjemur alas tidur agar tidak lembab

–       Sirkulasi udara yang baik di rumah dan cukup sinar matahari

–       Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

–       Olahraga teratur

–       Mengonsumsi makanan bergizi

–       Tidak merokok

–       Apabila sedang batuk, maka dapat menerapkan etika batuk, seperti : memakai masker, minum obat dari dokter secara teratur, menutup mulut saat batuk dan bersin dengan tissue, buang tissue ke tempat sampah, buang dahak ke lubang wc, dan cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun

Bagaimana penanganan Spondilitis TB ?

Pengobatan Spondilitis TB diutamakan dengan pemberian obat anti TB yang dikombinasikan dengan imobilisasi menggunakan korset. Pengobatan dapat disesuaikan dengan informasi kepekaan kuman terhadap obat. Lama pengobatan biasanya berdasarkan perbaikan gejala klinis pasien. Penanganan Spondilitis TB yang lain, yaitu imobilisasi dengan menggunakan korset dapat melindungi tulang belakang dalam posisi ekstensi, terutama pada fase akut. Apabila terdapat indikasi pada Spondilitis TB, maka dokter akan menyarankan untuk tindakan operasi tulang belakang. Selain itu, penanganan Spondilitis TB yang tidak kalah penting adalah latihan ROM (Range of Motion) pada anggota gerak. Latihan ROM dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kontraktur dan atrofi otot, sehingga apabila masalah Spondilitis TB teratasi, maka pasien tidak mengalami kontraktur dan atrofi otot pada ekstremitas, terutama ekstremitas bawah.

Apa yang harus dilakukan apabila ada gejala TB pada diri sendiri atau orang di sekitar kita ?

Apabila terdapat tanda dan gejala seperti yang telah disebutkan diatas, terutama jika disertai batuk lebih dari 2 minggu dan penurunan berat badan, maka dapat segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pertolongan yang dilakukan sedini mungkin akan memberikan tingkat kesembuhan yang lebih baik dan mencegah penularan TB kepada orang di sekitar kita. Pengobatan TB rutin memang lama dan tidak mudah, namun perlu diingat bahwa tujuannya adalah kesembuhan. Dimulai dari kesadaran bahwa kesembuhan diawali dari diri sendiri, dan  didukung oleh keluarga, tenaga kesehatan, serta lingkungan. Mari kita sukseskan gerakan TOSS TB (Temukan Tuberculosis dan Obati Sampai Sembuh TB).

 

Referensi :

  1. Basalamah, et al. (2020). Spondilitis Tuberkulosis: Perbaikan Yang Signifikan Setelah Intervensi Dini. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(3): 137-143.
  2. Harisinghani MG, McLoud TC, Shepard JO, Ko JP. Tuberculosis from head to toe. Radiographics: 2000; 20:449-70.
  3. Kusmiati, Tutik dan Hapsari Paramita Narendrani. (2016). Pott’s Disease. Jurnal Respirasi, 2(3): 99-109.
  4. Moon MS. Tuberculosis of the spine. Controversies and a new challenge. Spine: 1997; 15: 1791-7.
  5. Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam: Berhman, RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Company; 2004. h. 958-72.
  6. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS. Pedoman nasional TB anak. Edisi ke 1. Jakarta: UKK Pulmunologi PP IDAI; 2005. h. 17-28.
  7. WHO. Global tuberculosis report 2020. Geneva: World Health Organization; 2020. Available from: https://www.who.int/publications/i/item/9789240013131

Sumber gambar :

  1. https://cdn.kibrispdr.org/data/489/gambar-penyakit-tuberkulosis-39.jpg
  2. https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/09/30043219/vaksin-bcg-halodoc.jpg
  3. https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT6vQHmvpju_fCAGIKGMrrTgQ-E6H1i-Ko4Jg&s
  4. https://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1652762725/attached_image/penyakit/penyakit-infeksi/spondilitis-tb/diagnosis.jpg
  5. https://samarpanphysioclinic.com/wp-content/uploads/2019/02/Range-of-Motion.webp
  6. https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRsQzuGyjctRg2UXgn52ceUevnkMm1ojP_3ubEErmKpXQgjAHHvTurp-H0XuoylgvuFupw&usqp=CAU

 

Penulis : Astrid Ayu Alaika, S.Kep., Ns

Web Yankes : https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3450/pentingnya-mengenali-gejala-spondilitis-tuberkulosis

Share :

Tags:

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *