Osteoporosis menurut pengertian National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease (NIAMS) adalah gangguan pada tulang yang diakibatkan penurunan kepadatan mineral dan massa pada tulang atau keadaan dimana terjadi perubahan struktur dan kekuatan tulang. Adanya gangguan tersebut dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang sehingga rawan terjadi patah tulang. Kejadian osteoporosis biasanya tidak bergejala hingga akhirnya muncul patah tulang dengan sebab yang kurang jelas. Resiko osteoporosis meningkat pada perempuan post-menopause, usia lanjut, penggunaan obat tertentu (seperti pengobatan kanker dan glukokortikoid), serta kasus osteoporosis langka yang muncul pada anak (idiopathic juvenile osteoporosis) (NIAMS, 2024).

Hormon tiroid merupakan hormon yang mengatur proses metabolisme dan diferensiasi sel tubuh manusia, termasuk pertumbuhan tulang. Gangguan pada keseimbangan tiroid merupakan salah satu gangguan sistem endokrin yang paling banyak ditemui setelah diabetes melitus. Pada sebuah penelitian tercatat jumlah kejadian hipertiroid di Indonesia berkisar 44-48?ri seluruh kelainan kelenjar tiroid yang ditemui atau sekitar 12 juta kasus hipertiroid (Meutia dan Ananda, 2023).

Hipertiroid merupakan gangguan pada tiroid yang mengakibatkan rendahnya hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) disertai peningkatan triiodothyronine (T3) dan atau thyroxine (T4). Penyebab hipertiroid yang paling sering adalah penyakit Graves; toxic multinodular goiter; dan toxic adenoma (Ale, et.al., 2018).

Hipertiroid memiliki keterkaitan dengan kejadian osteoporosis, dimana hormon tiroid dan TSH memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang. Mekanisme pengeroposan tulang terjadi karena kelebihan hormon tiroid dan penurunan TSH yang mana dapat bertindak sendiri maupun bersamaan melalui aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid yang mempengaruhi sel tulang. Studi menunjukkan triiodothyronine bebas memiliki aksi nyata pada uji in vivo sel osteoblastik, yang memediasi resorpsi tulang osteoklastik atau melalui aksi langsung sel osteoklastik melalui reseptor tiroid yang ada pada sel tulang (Ale, et.al., 2018).

Tingginya kadar tiroid mengakibatkan peningkatan stimulasi sel tulang untuk mempercepat pergantian tulang (bone turnover). Percepatan ini mengakibatkan siklus pembentukan tulang (bone remodeling) pada fase formasi tidak berjalan dengan sempurna. Sehingga berakibat pada kehilangan 10% mineral tulang setiap siklusnya. (Ale, et.al., 2018).

Pada pasien hipertiroid perlu dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dengan teknik Bone Mineral Densitometry (BMD) atau dual energy x-ray absorptiometry (DEXA central) untuk menegakkan diagnosa osteoporosis. Bila diperoleh hasil T-score -2,5 atau kurang, maka perlu dilakukan pengobatan tambahan untuk pencegahan osteoporosis. Tatalaksananya meliputi:

1.  Terapi non farmakologi dengan latihan rehabilitasi untuk memperkuat otot dalam membantu menopang tulang sehingga mengurangi resiko jatuh. Pada pasien yang belum mengalami osteoporosis latihan dengan menggunakan beban dan pada pasien yang sudah terindikasi osteoporosis latihan dilakukan tanpa beban.

2.  Terapi farmakologi. Terapi farmakologi yang utama adalah mengatasi permasalahan hipertiroid dengan menggunakan obat-obatan antitiroid, yodium radioaktif, maupun golongan beta blockers. Methimazole dan propiltiouracil merupakan contoh obat antitiroid yang sering digunakan. Terapi farmakologis untuk menangani osteoporosis dengan bifosfonat per oral seperti risendronate dan alendronate, maupun parenteral dengan ibandronate, risendronate dan amidronate. Pada jurnal Ale, et.al., disebutkan bahwa penggunaan estrogen replacement pada Wanita menopause dapat meningkatkan perbaikan densitas tulang. Selain itu, pengobatan hipertiroid dengan karbimazol menunjukkan peningkatan densitas tulang setelah observasi 3-6 bulan. Terapi tidak hanya mengembalikan bone turnover tapi juga memperbaiki mineralisasi tulang. Konsumsi teratur suplemen kalsium dan vitamin D dapat memberikan efek yang baik pada pencegahan osteoporosis.

 

Referensi :

  1. Ale, A., Ogbera, A., Ebili, H., Adeyemo, O., and Afe, T. 2018. Prevalence, Predictive Factors, and Characteristics of Osteoprorosis in Hyperthyroid Patients. International Journal of Endocrinology. Volume 2018.
  2. Mathew, P., Kaur, J., and Rawla, P. 2023. Hyperthyroidism. StatPearls Publishing. 2024 Jan.
  3. Meutia, S. dan Ananda, Y. 2023. Tirotoksikosis. Galenical. Vol. 2 No.6.
  4. Sumber gambar:
  5. NIAMS (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease). 2024. Osteoporosis: For More Information. Diperoleh dari https://www.niams.nih.gov/health-topics/osteoporosisDiakses pada 3 Mei 2024. https://statik.tempo.co/data/2017/07/24/id_626250/626250_620.jpg
  6. https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/x/photo/2020/10/28/2967801798.jpg
  7. https://img2.pngdownload.id/20190702/spz/kisspng-pharmacology-anatomy-quiz-medicine-dose-pharmacolo-detail-apk-education-pharmacology-review-quiz-apk-5d1aee74d5a763.0025193815620460688751.jpg
  8. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFRnmQF8RjrYw_EpG36IW8dtWbr8E9f21hlZJF9kT5Gr09G-4g6_ulw-Q9-sS4QRTGR-MXgO9rlq0cJ32GvOfArE3rM4eQRC1oKJNjb9fMI2ZhEUMdiwxo0mHpw_TTDiXmQ335FRYHSO_u/s1600/osteoporosis+dan+hipertiroidisme.jpg

 

Penulis : Arini Laily Wulansari, Apt. 

Web Yankes : https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3410/osteoporosis-pada-hipertiroidisme

Share :

Tags:

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *