oleh :
dr. Wahidah, Sp.KFR

Berjalan adalah salah satu tahapan perkembangan yang akan dilalui setiap anak. Mulai langkah pertamanya hingga bisa berjalan, adalah momen perkembangan anak yang sangat penting dan dinantikan oleh setiap orang tua. Bila ada gangguan pada pola berjalan, tentu akan menjadi kekhawatiran bagi orang tua. Penilaian secara tepat dan pendeteksian suatu kelainan dalam pola berjalan dapat sangat membantu dalam menentukan langkah penanganan dini yang efektif sehingga dapat mengoptimalkan proses perkembangan anak di usia emasnya.

Berjalan jinjit adalah kelainan gaya berjalan yang ditandai dengan absennya kontak antara tumit dan lantai yang normal (heel strike) oleh kedua kaki selama gaya berjalan. Kondisi ini didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kontak tumit dengan lantai selama fase awal dari siklus berjalan dan tidak adanya kontak kaki penuh dengan tanah selama sisa siklus berjalan. Kaki depan terlibat dalam sebagian besar kontak lantai sepanjang siklus gaya berjalan.

Etiologinya sangatluas, mulai dari kebiasaan sampai penyakit neuromuskular yang berat. Tipe jalan menjinjit yang paling sering diamati adalah jalan menjinjit idiopatik (idiopathic toe walking/ITW), yang sering kali merupakan diagnosis eksklusi. Jalan menjinjit yang diakibatkan oleh penyebab yang jelas (paling sering penyakit neurologis atau muskular) secara umum disebut jalan menjinjit non idiopatik (non-ITW).

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan seorang anak berjalan menjinjit yaitu kelainan bawaan (congenital talipes equinusvarus, CTEV/clubfoot), masalah neurologis (cerebral palsy, poliomyelitis), masalah otot (distorfi otot), masalah fungsional (karena kebiasaan), masalah perilaku (gangguan spektrum autisme), dan idiopatik (kekakuan pada otot triceps surae/ kekakuan pada otot gastroknemius dan soleus). Identifikasi non-ITW sangat penting untuk menentukan pengobatan yang tepat dan memahami tingkat rekurensinya.

Anak yang berjalan jinjit dapat menyebabkan beberapa permasalahan di antaranya lebih mudah tersandung, mudah mengalami cedera seperti pergelangan kaki terkilir atau terjatuh karena jalan jinjit menyebabkan pola berjalan anak menjadi tidak seimbang atau kurang stabil; proses berjalan menjadi tidak efisien; jarak per langkah lebih pendek, sehingga anak perlu melangkah lebih cepat yang selanjutnya dapat meningkatkan energy expenditure; pembebanan lebih kepada otot-otot betis (otot gastroknemius dan soleus) sehingga dapat menyebabkan kram; nyeri pada kaki, kapalan (callous), stress fracture, dan kesulitan mencari sepatu yang cocok karena tekanan berlebih akibat jalan jinjit pada ujung kaki; keterbatasan lingkup gerak sendi dorsifleksi pergelangan kaki karena penggunaan berlebih otot-otot betis pada posisi plantarfleksi ke lantai, yang akan semakin mempersulit tata laksana.

Berjalan menjinjit umumnya terlihat selama perkembangan pada anak-anak yang pertama kali belajar berjalan, pola berjalan kaki-tumit yang konsisten biasanya berkembang sekitar usia 22 bulan. Berjalan menjinjit harus mewaspadai dan memerlukan evaluasi lebih lanjut adalah :

  1. Jika menetap setelah usia anak di atas 2 tahun.
  2. Jika anak telah mampu berjalan normal, namun pada perkembangannya berubah menjadi berjalan jinjit.
  3. Jika ada gejala-gejala lain yang menyertai, misalkan gangguan neurologis, motorik, dan perkembangan lainnya.
  4. Jika ditemukan hal-hal di atas, sebaiknya anak tersebut dibawa ke dokter untuk menjalani evaluasi menyeluruh untuk mencari kemungkinan penyebabnya.

Pada kasus di mana anak terus menerus berjalan jinjit, orang tua dianjurkan untuk mengkonsultasikannya ke dokter. Hal ini menekankan pentingnya evaluasi awal pada anak dengan pola jalan menjinjit untuk mencegah komplikasi jangka panjang.

Tata laksana anak yang berjalan jinjit tergantung pada penyebab/ diagnosis yang mendasarinya, usia anak dan tingkat keparahannya. Jenis tatalaksana yang dapat dilakukan meliput terpi fisik misalnya latihan peregangan (stretching), casting, bracing, chemdenervation, dan tindakan operatif untuk memanjangkan kompleks gastroknemiussoleus dan/atau tendon achilles. Pada anak tanpa gangguan atau penyakit lain selain pola berjalan jinjit, tata laksana paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menginstruksikan anak berjalan dengan cara menyentuhkan tumitnya ke lantai setiap kali melangkah.

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *