Sukoharjo [Studio RSO] – Ngopi (Ngobrol’in Pediatri) merupakan obrolan santai untuk membicarakan tentang pediatri. Ngopi Spesial memperingati World Clubfoot Day 2025 mengambil tema “Masih Ada Tahapan Setelah Pengegipan” dan menghadirkan narasumber dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT(K) selaku dokter Spesialis Pediatri, Adrian Fatkur Rohman, S.Tr., dan Heru Kiswanto, S.Kep,Ns dengan moderator Agus Haryatmo, Psikolog.

Clubfoot atau Kaki pengkor, merupakan cacat lahir yang menyebabkan kaki bayi terpelintir keluar dari bentuk atau posisi. Angka kejadiannya clubfoot satu dari 1000 kelahiran hidup selama 1 tahun, ungkap Agus Haryatmo, Psikolog. Artinya, setiap 1000 kelahiran hidup, ada 1 yang Clubfoot. Dan ini sangat tinggi angka tersebut.

Kejadian clubfoot memang perlu menjadikan pada Masyarakat, tenaga medis, perawat, dokter, psikolog, fisioterapi, ortotik prostetik tentang betapa pentingnya untuk kita berusaha bersama-sama untuk menangani pasien-pasien dengan clubfoot ini, jelas dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT(K)

Dan kejadian clubfoot ini, apakah ada unsur genetik ?. Di kejadian clubfoot secara pastinya memang ada berapa genetik ditemukan, tetapi hubungan genetik dengan kejadian clubfootnya belum sepenuhnya jelas, ungkap dokter. Sehingga kita bersama-sama menanggani kasus clubfoot ini dan sementara belum ada teknik untuk mencegah clubfoot tersebut.

Heru Kiswanto, S.Kep,Ns , selaku perawat di poli Pediatri sering kali menemui pasien dan keluarga pasien khususnya ibu-ibu yang mempunyai karakter yang berbeda-beda prinsip penerimaan tentang kondisi anak CTEV. Ada yang pasien datang sudah dengan kemantapan, sehingga ketemu dokter Anung dengan menjelaskan kondisi anaknya sudah langsung menerima. Bahkan ada orangtua yang datang ke rumah sakit menemui dokter mencari terapi atau pengobatan untuk kondisi anaknya. Setelah dijelaskan tetap saja orangtua belum bisa menerima kondisi anaknya. Oleh karen itu, harus ada saling menguatkan dalam menerima kondisi anaknya masing-masing. Kedua, sering kali kendala yang terjadi Ketika pasien masuk pada fase terapi, ungkap Heru. Proses terapi anak-anak CTEV berhasil bila orangtua patuh dengan instruksi dari dokter, seperti kepatuhan dalam pemakaian FAB-nya.

Untuk lebih lanjutnya perbincangan ini bisa disaksikan di link : https://www.youtube.com/live/WDlzTO_Pn-o?si=2OGHle_g_H25tPxo

Akhir perbincagan kali ini, moderator berpesan untuk selalu sabar para orangtua dalam melalui tahapan-tahapan dan keberhasilan penanganan CTV itu sangat terpengaruhi oleh kepatuhan orang tua untuk mendampingi putra-putrinya. Demikian ee selamat ee memperingati Word Club Day di 2025.

 

[Humas RSO]

Share :

Tags:

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *